Blogroll

Minggu, 23 Desember 2012

Kamu

Kamu adalah sesuatu yang selalu aku perbincangkan dengan hati
dengan angan,
dengan khayal

Kamu adalah sesuatu yang selalu aku sampaikan pada malam
pada pagi
pada embun
pada hangat
pada dingin

Kamu adalah sesuatu yang selalu aku katakan pada gelisah
pada gundah
pada harap
pada angan

Kamu adalah sesuatu yang selalu aku tarikan dengan kata
dengan frasa
dengan nada

Kamu adalah sesuatu yang selalu aku tampilkan dalam mawar, meski berduri
dalam langit, meski mendung
dalam lagu, meski sumbang

Kamu adalah sesuatu yang selalu aku sebut dengan "rindu"



Hamamah, 22122012

Sabtu, 15 Desember 2012

Suami-Istri

Malam itu bersyukur sekali akhirnya mendapat pencerahan..... Setelah merasa tersakiti, tidak dihargai, tidak di respect dan tidak dianggap...

Malam itu seperti biasanya selalu penasaran dengan tayangan Chatting dengan YM di salah satu TV swasta, karena pasti ada sesuatu yang istimewa disetiap tayangannya.
Tema malam itu adalah "The Power of Kepepet" sebuah buku yang ditulis oleh seorang enterpreuner bernama mas Jaya Setiabudi. Banyak tips bisnis, wirausaha dan cara mengembangkan usaha yang disampaikan oleh beliau.

Tapi yang dimaksud pencerahan disini bukanlah tentang materi wirausahanya, melainkan sampai pada suatu segmen dimana diundanglah seorang tamu lagi , yaitu seorang ibu setengah baya, lumayan gemuk, dan (maaf) berjalan dengan agak pincang.
Kemudian beliau (ibu itu) memperkenalkan dirinya, yaitu bernama Ibu Ita, serta profesi yang dijalaninya sekarang yaitu seorang tukang ojek, pedagang dan kuli mencuci.
Beliau bercerita bahwa dia terpaksa menjalani profesi tukang ojek tersebut karena suaminya sakit stroke selama hampir 7 tahun. Dan untuk membiayai kedua anaknya dia juga harus berdagang dan menjadi kuli cuci.
Setiap jam 5 pagi dia berangkat ngojek (meskipun salah satu mata kakinya pecah, karena kakinya pernah dilindas oleh seorang pengendara motor lainnya). Kemudian jam 8 pagi dia harus pulang dulu untuk merawat suaminya dan menyuapi suaminya. Bukan bubur nasi yang disuapkan, melainkan harus dengan bubur yang khusus untuk bayi, karena suaminya sudah tidak bisa mengunyah. Untuk minum pun harus pake sedotan. Suaminya bukan menyedot minumannya sendiri, melainkan Ibu Ita harus menyedot minuman itu kemudian di tiupkan ke mulut suaminya. Astaghfirulloh........

Sampai disitu langsung merasa betapa perjuangan seorang istri untuk suaminya sungguh luar biasa, dan tanpa kenal lelah.

Hingga pada suatu sesi Ibu Ita bertanya kepada Ustadz Yusuf Mansyur (kurang lebih kata-katanya seperti ini): "Pak Ustadz......saya mau tanya (mata Ibu Ita berkaca-kaca)..... Suatu pagi, dini hari sekitar jam 4, suami saya menggumam atau ngomong tidak jelas (mungkin klo dia bisa ngomong, dia pengen berteriak). Dia meronta (Ibu Ita menangis tersedu-sedu) sambil mengacak-acak 'poop' (maaf, tinja) yang ada di pampersnya. Saya kesal Pak Ustadz, saya marah, saya jengkel. "Kapan aku bisa bahagia? Aku sedang istirahat! Besok aku harus bekerjaaa! Saya sangat marah sama suami saya pak Ustadz.... Lalu saya cubit dia Pak Ustadz. Saya cubit dia sekeras kerasnya! (Ibu Ita makin menangis tersedu-sedu). Saya sangat capek dan marah! Pak Ustadz.....(masih terisak-isak), apakah saya berdosa pada suami saya????".

Kemudian Ustadz Yusuf Mansyur, serta merta mengajak Ibu Ita berdoa, dan menyuruh Ibu Ita untuk menirukan doanya : "Ya Alloh....... Maafkan dosa-dosa hamba, maafkan dosa-dosa hamba pada suami hamba...................................".

Duuuerrrrr!!! Langsung menetes air mata..... Ternyata begitu tinggi derajat suami dibanding istri. Meskipun suami dengan segala kelemahan dan kekurangan, atau mungkin bahkan sering menyakiti hati kita, tapi derajatnya tetaplah lebih tinggi daripada kita sebagai istri.
Kita bahkan sering tidak sadar terlalu banyak menuntut dari suami kita (materi, kebahagiaan, perhatian, kasih sayang, kemanjaan dll) tanpa memperdulikan bagaimana kondisi dia pada saat itu..... Bahkan kita sering bersikap tidak menyenangkan, berkata-kata kasar, atau tidak menegur suami kita karena suatu hal yang sepele.

Pencerahan itu adalah bagaimana posisi seorang suami itu lebih tinggi dibanding istrinya. Meskipun dengan segala kelemahan, kekurangan dan perlakuan yang tidak kita sukai dia tetaplah suami kita yang tetap harus kita hargai. Dan kita hanya perlu menguatkan diri kita, menguatkan hati kita terhadap segala kealpaan, kelemahan dan kekurangan dia tersebut.

Wallohu a'lam.......



Hamamah, 15122012

Jumat, 07 Desember 2012

Rindu

Sudah lama kamu tak tersentuh sobat
Sudah lama kamu tak menari di panggung kertasku

Kata ini mungkin tlah teronggok sekian lama tanpa termakna
Frasa ini mungkin tlah meringkuk terlalu lama tanpa tertata


Kurindu membaitkan kata-kata itu
Kurindu menebar nada dan lagu

Kurindu menyentuhmu
Kurindu menarikanmu
Pena ku.......


Hamamah, 07122012

Jumat, 17 Agustus 2012

Bayang-Bayang

Dan bayang-bayang ada di kananku, kiriku, atasku, bawahku
Dan bayang-bayang ada di belakangku, di depanku

Dia menggoda, menari, merayu....

Dan tlah kutanamkan bayang-bayang itu dalam nurani
Kukurung dia selamanya
Hingga dia tiada menari lagi di panggung hatiku...



Hamamah, 17082012


Rabu, 18 Juli 2012

Anakku....

Anakku....
Bila kelak kau dewasa, ingatlah kata-kataku ini...

Anakku....
Hidup itu adalah anugrah, maka syukurilah
Hidup itu adalah misteri, maka pecahkanlah
Hidup itu adalah mukjizat, maka temukanlah
Hidup itu adalah tebing, maka dakilah
Hidup itu adalah sungai, maka susurilah
Hidup itu adalah perjalanan panjang, maka kuatlah
Hidup itu adalah drama, maka mainkanlah
Hidup itu adalah senda gurau, maka tertawalah
Hidup itu adalah luka, maka menangislah....

Anakku....
Jika suatu saat kau jatuh, maka obati lukamu dan bangkitlah
Jika suatu saat kau menangis, usaplah air matamu dan tersenyumlah
Jika suatu saat kau disakiti, maka lupakanlah
Jika suatu saat kau menyakiti, maka mohon maaf lah

Anakku...
Bersandarlah hanya pada Robb mu,
karena suatu saat nanti tidak ada sandaran kecuali dari Nya
Bersabarlah pada kesulitan, karena itu adalah pelajaran
Besyukurlah pada karunia, karena itu adalah pemberian

Anakku...
Hanya yang sedikit ini  yang bisa aku beri
Sebagai bekal mu meniti hidup ini
Sampai akhir nanti.....



(Hamamah, 18072012)

Senin, 16 Juli 2012

Have I Told You?

Have I told you that the breeze stop to blow
when you cry

Have I told you that the roses blossom
when you smile

Have I told you that the sun rises
when you come out

Have I told you that the desert goes savanna
when you speak

Have I told you that I'm nothing without you by my side
Have I told you that I'm weak without you

I have told you everything since you were born
my son..............


(Hamamah, 16072012)

Senin, 09 Juli 2012

Dan Akulah Kahlil Gibran Itu

Dan akulah Kahlil Gibran itu
Yang memeluk dengan pena kata
Mengirim tarian jari berfrasa
Mengukir makna pada lontar
Menghamburkanya pada angan yang berkobar

Dan akulah Kahlil Gibran itu
Melukis raut dengan tinta hati
Membaurkan warna-warna sunyi
Mengkanvaskan kala lalu yang tlah suri

Dan akulah Kahlil Gibran itu
Mengirim surat-surat tanpa alamat
Menitipkannya pada merpati-merpati putih tertatih
Mengutuskannya pada merpati-merpati abu membisu

Dan akulah Kahlil Gibran itu
Menganyam benang-benang kenang
Memintal kain rindu tanpa lalu
Meronce manik mimpi tak terperi

Namun tak sampai semuanya padamu............


(Hamamah, 09072012)

Minggu, 08 Juli 2012

Tak Ada

Dan tak ada yang tersisa
bahkan remah
bahkan noktah

Dan aku mulai mengemasi sekeranjang bayang-bayang
kubawa berlari hingga ujung hari
dan tiada menoleh lagi


(Hamamah, 08072012)

The Woman...

The sitting woman 
on the old brown bench
with a plain smile
a cold sight

But why did she look so pale
in an innocence
a peace...

"Come here, Dear......", she said
I came closer
But something hold me
I stepped back
She cried

It was a dream of a woman
The woman I love
My mother...
who passed away 4 years ago..............


(Hamamah, 08072012)

Sabtu, 07 Juli 2012

And When..............

When the sea goes desert
there's nothing but dry
there's no seed to grow
there's no rose to smeel
there's no grass sways
it's just nothing

When the moon-night torn
it fails to reflect the shadows
just hold by black-cold-cloud
trapped
imprisoned
it's just nothing

When the colorful rainbow goes to a grey one
it's just a very pale face
there's no star shines
no sparks
bows down

I'm the moss
I'm the crying child
I'm the pale dove


I'm the 'nothing'
here...............


(Hamamah, 07072012)






Rabu, 04 Juli 2012

Sahabat....

Sahabat......
kita adalah seutas tali yang tak terputus
walau tergunting, walau terbakar, walau panas, walau dingin
walau jauh....

Sahabat....
kita adalah cawan yang tak pecah
walau jatuh, walau terlindas
walau terhantam

Sahabat.....
kita adalah hitam, putih, merah, hijau, abu
kita adalah warna, kita adalah pelangi
beda tetapi menghiasi

Sahabat...
kita bukan berharta, kita bukan papa
kita tiada beda

Sahabat...
aku kamu adalah garam dan gula
bersama membawa rasa

Sahabat...
kita adalah selamanya........


(Hamamah, 04072012)


Kamis, 28 Juni 2012

Ibu...

Dan ketika rinduku tlah mengkristal
dalam lubuk, dalam pikir, dalam gerak
Lalu kumenunggu bayangmu dalam lelapku

Dan kumengecupmu dengan doa-doa
memelukmu dengan sujud-sujud
berbincang denganmu dengan kelu

Lalu kukirim surat bunga pada pusara
di tanah basah senja
dengan mantra-mantra Illahi
kutitipkan rindu ini pada nirwana abadi


(Hamamah, 280620120)

Selasa, 26 Juni 2012

Cangkir-cangkir Kopi Mati Lampu

Senja itu tiba-tiba lampu di komplek kami mati. Tak sepeti biasanya, lampu mati kali ini terjadi di senja hari; karena biasanya pada pagi hari atau siang hari.
Kunyalakan lilin, karena hari sudah mulai gelap. Kuletakkan di atas meja makan. Kunyalakan satu lagi dan kuletakkan di kamar tidur.
"Mati lampu yah?", dia mengucek matanya karena baru bangun tidur. "Iya", jawabku pendek.
Dia berjalan menuju ke kamar mandi, dan sebentar kemudian terdengar guyuran-guyuran air dari kamar mandi itu.
Aku mulai menyiapkan makan malam; mengambil nasi dari penanak nasi, menyiapkan piring dan mengambil sayur, lalu aku  menatanya di atas meja makan.
Dia keluar kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Makan malam sudah siap!", aku berkata padanya dengan setengah berteriak dari kamar makan.


Entah kenapa malam ini terasa sangat panjang. Gelap dan sepi. Di meja makan tadipun hanya beberapa patah kata yang meluncur dari bibirnya.
Benar-benar tidak ada yang bisa dilakukan pada saat mati lampu seperti ini. Beku dan diam.


Aku mencoba menyibukkan diri dengan mengutak atik ponselku sambil duduk di kursi tamu. Dia berjalan mendekat dan meletakkan lilin di depanku. Aku meliriknya. Dia tampak kaku dan canggung. Dan dia sepertinya ingin mengatakan sesuatu.
"Maaf yah...", dia mencoba memecah kebisuan. "Hemm?", aku memandangnya dengan penuh tanda tanya.
"Iya maaf.....", katanya lagi sambil berdehem, karena sebelumnya suaranya agak serak. "Jarang sekali yah, kita bisa ngobrol bareng", lanjutnya.
Aku terdiam, karena tidak tahu harus berkata apa.
"Aku tahu, aku terlalu sibuk. Dan kalaupun malam ini tidak mati lampu, kita mungkin tidak bisa ngobrol seperti ini". Dia terdiam dan menatapku, seolah menanti aku berbicara. Aku masih terdiam.
"Waktu memang sangat berharga bagiku, bagimu dan bagi kita. Tapi aku mulai menyadari kalau waktu itu lebih berharga bagi kita berdua, bukan bagi aku atau kamu saja". Dia berbicara dengan serius.
Aku memandang lekat matanya, seolah mencari kebenaran dari semua kata katanya.
"Hemm...iyah aku tau", jawabku tanpa berpanjang kata.
Lalu aku beranjak dari kursi, menuju ke dapur. Kutuang kopi ke dalam cangkir. 2 cangkir aku buat.
Kusodorkan 1 cangkir kopi ke arahnya. Dia tersenyum. Aku juga tersenyum, sambil meneguk kopi dari cangkirku.

Dan malam itu meskipun lampu sudah kembali hidup, obrolan kami tetap berlanjut ke cangkir-cangkir kopi berikutnya......


(Hamamah, 26062012)


Senin, 25 Juni 2012

Tak Sampai

Tak sampaikah badai ini kepadamu
Tak sampaikah merpati ini ke alamatmu
Tak sampaikah getar dawai ini ke dengarmu
Tak sampaikah gemuruh ini ke Arsy hatimu

Dan mangu ini adalah kepasrahan dalam medan perang kerinduan
Tergeletak dalam nama syuhada cinta
Namun tak jua membawa mu dalam sandera ku

(Hamamah, 26062012)

Kamis, 21 Juni 2012

Aku Bukan..... Dan Hanya...

Aku bukan harum
Aku bukan semerbak
Karena aku tidak sewangi Attar

Aku hanya Kolibri kecil
dengan seribu kepakan kecil ikhtiar
menunaikan khalifah
di padang pasir fanah

Aku bukan hidupmu
dan hanya kenangmu.....

(Hamamah, 22062012)



Berlari mu...

Berlari kencang mu dari persimpangan jalan itu
menemui sejatimu
memeluk harta bahtera mu

Lalu menutup rapat mu akan pintu-pintu itu
menarik turun tirai-tirai  hijab ungu

Dan kulihat gelap di dalam situ
tiada bisa aku mengintip cahaya mu

Berbalik arah ku dengan tundukan pilu
terpekur dalam logika semu

Adakah pintu itu terbuka lagi untukku.....?



(Hamamah, 21062012)



Selasa, 19 Juni 2012

Panggilan Agung

Saat awan jingga berarak ramai
Saat Sang Raja tata surya tertelan mulut langit
Saat burung berduyun ke peraduan

Sautan suara agung itu pun mulai mengalun
menggema raga
merasuk jiwa
menyusup kalbu
mengetuk nadi

"Marilah meraih kemenangan"!
"Marilah meraih kemenangan"!

Dan inilah saatnya kita meraih kemenangan itu saudaraku
Sekarang!

Minggu, 17 Juni 2012

Sudahlah Saudariku....

Prihatinku pada perayaan benci dan dendam mu
pada sekitarmu....pada orang sekelilingmu...

Hidup memang tidak selalu memanjakanmu, melegakanmu, mensenyummu
dan seharusnya kini kau mulai  menyadari itu...

 Dendam dan benci adalah penjaramu
 maka bebaskanlah dirimu sendiri dari belenggu itu

Bukankah memaafkan itu indah?
Bukankah mengikhlaskan itu berkah?

Siramlah api benci yang kian memakan kayu hatimu
dengan maaf
dengan ikhlas
dengan rela

Dan temuilah hatimu yang kan lebih lega....


Rabu, 13 Juni 2012

Cinta Kadang Salah (Bagian 2)

Haduh.........pagi ini bener-bener pagi yang sangat 'crowded'! Well....memang pagi ku selalu crowded, dan terburu-buru. Harus cepet-cepet bangun, mencuci baju, antri mandi dan harus bergegas menuju kampus dan harus tiba di kelas sebelum dosen masuk. Dan kadang sarapan pun terabaikan. Hemm...itulah keseharian (baca: nasib) anak kos. Pagi-pagi sudah harus rebutan ember sama air buat nyuci. Siapa yang paling pagi bangun, itulah yang akan kebagian cukup air buat cuci baju dan mandi. Belum lagi klo ada anak kos yang mandinya lama! Entah di dalam luluran atau apalah gak tahu. Nungguin sampai manyun, atau malah sampe ketiduran lagi di depan pintu!
Untung saja pagi ini aku masih kebagian sedikit air buat mengguyur badan dan membilas nya, meskipun badan masih terasa lengket oleh sabun. Lumayan lah daripada tidak mandi samasekali. Lalu aku cepat-cepat naik ke kamar atas untuk bersiap berangkat kuliah; karena memang kos ku berlantai dua, dan kamar mandi berada di lantai bawah. Saat asyik berdandan, hape ku berdering. Kulirik layar hape ku. No hape yang tadi malam menelepon lagi!
Kali ini aku mengangkat telpon itu dengan ikhlas; karena aku penasaran juga siapa sebenernya cowok yang menelepon tadi malam. "Halo", kataku dengan nada wajar. "Lagi ngapain?", dia menjawab dengan ramah. "Ini, mau pergi ke kampus",kataku. "Oh, masih kuliah tho. Kuliah dimana?", tanya nya ingin tahu. "Di Sebelas Maret, emang kenapa?", jawabku mulai agak ketus. "Hehehe...ndak papa kok tanya aja, masak gak boleh", dia mencoba melucu. Aku tersenyum kecut. "Ah garing bener guyonanmu!", batinku. "Mau dianter kuliah nggak?", dia melanjutkan. "Dianter? Emang kamu mau nganter naik apa?, tanyaku dengan bodoh; udah tau dia di seberang telepon sana entah dimana dan aku disini. "Dianter pake kuda!, hahahahah...", dia terbahak. Dan entah mengapa kali ini aku bener-bener ikut tertawa. Lucu juga dia!
Sejak saat saat itu entah mengapa, setiap dia menelepon aku mengangkatnya dengan senang hati. Mengobrol kesana kemari, bercanda dan tertawa-tawa bersama. Dia memang mempunyai rasa humor yang tinggi, sehingga aku betah-betah saja mengobrol dengannya.
Dalam sehari bisa 3-4 kali dia menelepon, dengan durasi rata-rata 10-20 menit. Kadang menelepon dari hape atau kadang menelepon dari wartel (katanya sih...). Dan aku cuma heran saja, menelepon dari wartel ke hape selama itu, habis berapa duit coba!
Dan entah mengapa aku sama dia seperti sudah lama sekali berteman. Sungguh sangat aneh memang, karena aku tidak tahu siapa dia, dimana dia, bahkan namanya saja aku belum tahu. Sungguh bener-bener aneh. Tapi aku sangat menikmatinya.....

Sabtu, 09 Juni 2012

Pusara Mata

Dan mengembara aku di belantara matamu
Tersesat aku di lentik semak mu
Terjebak dalam gelap kerling sayu
Tertusuk berdarah kerenanya
Dan kudapati makin menganga

Adakah yang lebih tinggi dari kepak pandangmu
Adakah yang lebih palung dari dasar kerlingmu
Adakah yang lebih elang dari tatapmu
Dan kudapati aku terkubur disana selamanya...

Jumat, 08 Juni 2012

Duhai....

Duhai resah...adakah yang lebih melelahkan dari mu
Duhai nanti...adakah yang lebih lama dari mu
Duhai hati...adakah yang lebih berkecamuk dari mu

Dan di bilik merah ini,
ada denyut resah yang mengayun lonceng bisu penantian
tanpa nada
tanpa suara
hanya asa
yang menggembita fana...

Rabu, 06 Juni 2012

Dan Akhirnya Hujan....

Dan akhirnya hujan pun datang
Menyeruak jatuh dan menghujani tanah dengan ciuman derasnya
Membasuh daun-daun
Membasah ranting-ranting
Merendam rumput

Dan siapakah yang paling rindu akan hadirmu wahai hujan?
Diakah tanah yang kering itu?
Daun yang menguning itu?
Ranting yang pupus itu?
Ataukah rumput yang merana itu?

Dan aku adalah tanah itu
Adalah daun itu
Ranting itu
Rumput....
Yang merindu hujanan mimpi masa lalu
Yang kini tlah melabirin...tanpa tepi tanpa inti



Minggu, 27 Mei 2012

Cinta Kadang Salah (Bagian 1)

Kriiiiinnnngggg.........................
Kriiiiinnnngggg.........................
Kriiiiiiinnggggg.........................
Aku tergagap dari tidur, mengucek mataku dan sambil memicingkan mata aku melirik ke jam dinding. Jam 11 malam.
"Ahhhh............., siapa sih malam gini telpon!". Kuraih HP di samping tempat tidur dan melihat layarnya bertulisan "Private Number calling.......". "Huft, orang iseng rupanya. Gangguin tidur orang aja!". Kupencet tombol reject dan aku membanting tubuhku lagi di tempat tidur. Belum lagi mataku tertutup, HP ku sudah berbunyi lagi, "Kriiiiiiingggg.................kriiiiiiiinnngggggg!".
"Arrrggghh......siapa sih ni!". Aku menggerutu sendiri. Kulihat layar HP dan ternyata masih si Private Number itu yang menelepon. Dengan amat terpaksa, karena mata ini masih sangat mengantuk, aku angkat telpon itu. "Halo, siapa ni!", tanyaku judes. Si penelepon di seberang sana menjawab, "Haloo.....", dan ternyata suara seorang cowok. "Iya, ni siapa yah?!", kataku lagi dengan tidak kalah judesnya. "Hehe....lha kamu siapa?", dia balik bertanya dengan cengengesan. Aku tambah marah, "Heh, klo gak ngaku aku tutup telponnya sekarang!". Aku tutup HP ku sambil menggerutu, "Dasar orang gak jelas. Gendeng!".
Beberapa menit kemudian terdengar nada pesan text dari HP ku. Kulihat HP ku, dan ada SMS dari nomer yang tidak kukenal, 08562826305. Dengan malas kubuka isinya, "Hei...boleh kenalan gak?".  "Hemmmm.............ini pasti nomer iseng tadi!", karena kupikir hanya nomer dari operator seluler itu yang bisa menyembunyikan nomer handphone ketika menelepon.. Aku tidak membalas pesan text itu, meskipun dalam hati penasaran juga siapa yang malam-malam begini iseng menggangguku. Apakah mungkin teman kuliahku yang ngerjain aku atau siapa? Ah...sudahlah, repot amat mikirin hal sepele kayak gitu. HP aku matikan, dan akupun bersiap tidur kembali karena besok aku harus berangkat ke kampus pagi-pagi.

Selasa, 15 Mei 2012

Kutukan Cucian Kotor

Tiap pagi kau sudah mengonggok di sudut ruang
Melambai manja dan hiba
Sedangkan dari sini ku memandangmu dengan duka tiada daya

Entah mengapa tiada hari tanpa kehadiranmu
Selalu dan selalu mengisi keranjang besar pink-ku

Arrgh.......tidak bisakah kau hadir setahun sekali saja?
Biar aku bisa terlena dan bahagia dengan santai yang kupunya

Cucian kotorku sayang....tidak bisakah kau mensucikan dirimu sendiri?
membasuh noda-noda mu sendiri?
menceburkan dirimu sendiri ke bak besar berisi air bersih itu?
Tidak bisakah kau membersihkan dosa dosamu sendiri dengan hanya bertobat?

Janganlah kau kutuk aku dengan keberadaanmu di situ setiap hari
Karena aku lagi ingin sendiri
Dengan mimpi-mimpi
Aku janji esok kau kan ku hampiri
Tuk membawa mu segera ke laundry.............

Senin, 14 Mei 2012

Gapai Bintang

Kala kaki menapaki serpih-serpih kaca
Merah darahku menggebrak keluar

Jalan yang di depanku tidaklah sehalus dulu
Saat ku dipangku bundaku

Kini aku benar-benar tlah hidup
Dengan darah ini, dengan kerikil ini, dengan serpihan ini

Dulu bunda memanjaku
Kini hidup menempaku

Dengan kaki ku yg berdarah
Kukan pasti melangkah

Walau dengan berang
Ku kan gapai bintang....

Rinai Hujan Malam

Hujanan itu jatuh dengan lembut
Tapi dengan tajam iramanya mampu masuk ke relung hati terdalam
Menggugah memori, asa, cita, cinta.....
Tak mampu kebendung syahdu gemeritik dentingan suaranya

Rinai itu mengikat semua memori yang ada di kepala
Kemudian terpapar satu per satu
Manis, pahit, tawa, tangis, senyum, kelu
Kehirup, kujilat, kusentuh, kuraba satu demi satu dengan hati dan indera yang sama

Hujan malam ini sangat syahdu...
Mengingatkan aku padamu...

Gunung Salju

Putih, bersih, suci, halus
Indah, damai, cantik,.....
Itulah gunung salju itu
Begitu tinggi tuk didaki
Begitu dingin tuk disentuh

Melihatnya pun tak kuasa
Menatapnya pun membuat ku tertunduk tak berdaya

Keindahan itu hanya bisa ternikmati oleh angan
Hanya ada di pucuk pucuk bintang yg tak tersentuh tangan

Biarlah keindahan itu begitu tinggi
Biarlah kesempurnaan itu begitu dingin

Kulihat dari sini
Kunikmati dari jauh
Sampai asa ini takkan pernah terpuaskan

Minggu, 13 Mei 2012

Merpati Takkan Pernah Ingkar Janji (1)

Sore itu seperti biasa aku duduk di bangku kayu di teras rumah...sekedar menunggu matahari tenggelam, menikmati pergantian siang ke malam. Setiap sore tepat pukul lima, aku selalu sudah duduk di bangku itu.
Tiba tiba pandanganku dikejutkan oleh kedatangan seekor merpati putih yang terbang dan hinggap di pagar bambu di perempatan depan rumah. Persis di belokan jalan yang menikung. Dia hinggap di pagar itu. Dia mengepakkan sayap pelan dan berjalan dengan sedikit meloncat loncat kecil diatas pagar itu. Hey, apa yang akan dia lakukan? Apakah dia sedang mencari makan ataukah dia sedang mencari tempat untuk beristirahat? Ah, dia seperti nya tidak sedang mencari makan...
Beberapa saat merpati itu terdiam, kemudian mematuk kecil pagar bambu. Sepertinya dia sedang menunggu sesuatu. Yah, sedang menunggu sesuatu, entah itu apa.
Setelah beberapa saat, mataku dikejutkan lagi oleh kedatangan seekor merpati. Keabu abuan warna bulunya. Hinggap di pagar bambu itu juga. Dan aku lihat dia menyapa si merpati putih yang lebih dulu hinggap di situ. Ooh..aku tahu sekarang, ternyata si merpati putih itu sedang menunggu kedatangan di merpati abu...
Kulihat keduanya bercengkrama dengan ceria seolah berbagi kebahagiaan. Keceriaan mereka sungguh membuat aku ikut merasa bahagia. Seolah aku bisa merasakan kebahagiaan yang tengah mereka rasakan.

Setelah beberapa saat bercengkrama, terbanglah si merpati abu ke arah barat dan merpati putih ke arah timur. Sepertinya mereka pulang ke kandangnya masing masing, karena matahari sudah tenggelam dan hari mulai gelap.


Besoknya di jam yang sama, di tempat yang sama aku seperti biasa menghabiskan senja dengan duduk di bangku kayu. Seperti biasa, menunggu matahari tenggelam untuk sekedar menikmati indahnya matahari yang ditenggelamkan malam.
Tanpa terduga, datanglah kembali si merpati putih yang kemarin aku lihat. Kembali dia hinggap di pagar bambu. Di belokan jalan yang menikung. Dia berjalan, meloncat kecil dan mematuki pagar bambu. Persis seperti apa yang dia lakukan kemarin.
Aku mulai berfikir, mau apa lagi si merpati putih itu. Apakah dia kali ini dia mencari makan atau sedang mencari serpihan bambu untuk dibuat sarang? Aku mulai penasaran dan mencoba menunggu.....
Ternyata dugaanku kembali salah karena setelah beberapa saat datanglah si merpati abu menghampiri si merpati putih. Ooh..ternyata si merpati putih kembali sedang menunggu kedatangan si merpati abu! Dan seperti kemarin mereka bercengkrama dengan asyiknya. Ceria, tertawa dan bersahaja.

Hari berikutnya ternyata peristiwa itu terjadi lagi. Bahkan pertemuan mereka selalu berulang selama berminggu minggu, berbulan bulan, di tempat yang sama, di jam yang sama, di hari senja.
Sungguh membahagiakan melihat mereka berbahagia. Terharu, tersentuh, tersenyum. Sungguh aku mengagumi kesetiaan sang merpati itu..

Pada suatu sore,seperti biasanya aku tidak sabar untuk melihat pertemuan kedua sejoli itu. Aku dengan setia menunggu di bangku kayu seperti biasanya. Aku tunggu sepuluh menit, si merpati putih itu belum datang. Mungkin dia masih dalam perjalanan kesini pikirku. Dua puluh menit telah berlalu, tapi pagar bambu itu masih kosong. Apa yang terjadi? Apakah si merpati itu tidak datang kesini? Bukankah dia selalu setia untuk datang kesini? Aku terus menunggu, bahkan sampai matahari tenggelam. Hingga malam beranjak dan menjadi gelap. Aku mulai bertanya tanya kenapa dia tidak datang. Pun si merpati abu juga tidak datang. Apa yang terjadi?? Aku sangat penasaran dan mulai cemas.......

Besoknya aku tunggu mereka lagi, setengah jam lebih awal. Aku berfikir mungkin mereka saling bertemu lebih awal dari biasanya. Aku menunggu dengan sabar....... Sepuluh menit... Dua puluh  menit..... Setengah jam.... Tidak ada.
Lalu aku mulai putus asa dan mulai beranjak pergi. Tapi tiba tiba dari balik pohon, muncullah si merpati putih. Tidak seperti biasanya, bulunya kusam dan acak acakan. Dia hinggap di pagar bambu dengan susah payah. Kemudia mataku tertuju pada sayapnya. Sayapnya terluka! Bukan luka yang baru saja, tapi luka dengan darah yang agak mengering, memar, agak membiru. Ooh...kasian sekali merpati itu, ternyata kemarin dia sakit sehingga dia tidak datang kesini. Bagian sayapnya ada yang patah. Bulu sayapnya ada bekas bercak darah yang mengering. Dia terlihat sangat sakit dan payah.
Dia hinggap di pagar itu, menunggu sang merpati abu datang. Dia menunggu dan menunggu tapi si merpati abu tak jua datang. Aku ikut menunggu dengan penasaran dan cemas. Kemanakah si merpati abu? Kenapa dia tidak datang? Dan kenapa kemarin dia juga tidak datang? Beribu tanya dalam hatiku, apa yang terjadi sebenarnya??
Si merpati putih akhirnya terbang pulang dengan kecewa dan lemah. Aku lihat gurat gurat kesenduan di wajahnya. Kasian sekali dia dalam kondisi seperti itu dia rela untuk menunggu si merpati abu datang. Dalam hatiku pun aku ikut bersedih. Aku merasakan betapa kecewanya dia karena tidak bertemu dengan si merpati abu. Hatiku juga dilanda kesenduan memikirkan hal itu......

Seminggu telah berlalu............. Dan selama seminggu itu aku selalu menunggu kedatangan dua sejoli merpati putih dan abu. Tapi setiap senja, pukul lima sore sebelum matahari tenggelam pagar bambu itu kosong.....sepi........
Kemanakah mereka?? Dan aku pun tidak tahu.............dan akan terus menyimpan rasa penasaran dan tanda tanyaku........


Kamis, 10 Mei 2012

Tidakkah?

Tidakkah kau mau duduk di bangku kenangan itu lagi? 

Bangku yang kian menua dan rapuh.. 

Tidakkah kau ingat dulu di bangku itu kita merajut helai-helai mimpi yang sekarang sebagian terpenuhi.. 

Aku ingin mengingatnya kembali, untuk cahaya gua kita, untuk air pohon kita.. 

Tidak banyak waktu yang kuminta...

dan paling lama hanya satu waktu Dhuha.....

Anakku...........

Anakku...
Hidup tak selalu nyaman dan damai seperti di pelukan dan belaian mama mu..
Dan sekarang saatnya kau harus belajar mandiri dan mencoba keluar dari zona nyaman mu..
Untuk kebaikan mu esok dan selamanya...

Jejakmu............

Dan hujan pun tlah tinggalkan jejaknya.......

Jalan-jalan yang tlah kembali mengering, 

daun-daun yang kembali tumbuh dan menghijau... 

Dan begitulah kamu yg tlah meninggalkan jejakmu di persimpangan jalan itu, 

dengan kepak pergi sayapmu, 

dengan kelebat bayangmu yang tlah kelabu.. 

Bulan Kita......

Dan katamu malam itu,

Kita tidak jauh....kita sangat dekat

Coba pandangi bulan di langit malam ini

Dan pada saat yang sama aku juga akan memandanginya dari sini

Bukankah kita serasa sangat dekat??

Yah..karena kita sedang memandangi bulan yang sama..

Meskipun dari tempat yang berbeda......

Selasa, 17 April 2012

Ah, Aku Hanya.....

Ah, aku hanya setitik pasir di laut
Tak tampak bila sendiri
Tak kuasa berlari

Ah, aku hanya sesiut angin
Tak tampak di angin topan menderu
Tak kuat menghembus abu

Ah, aku hanya rumpun kurus
Tak tampak di padang sabana
Tak bisa menghijaukan suasana

Ah, aku hanya aku
Yang tidak bisa kau lihat
Yang tidak menggerakkan bola matamu

Ah, biarlah...
Biarlah aku yang melihatmu
Dari sini, dari hati
Tanpa memiliki.....

Merasa Kamu...

Merasa mu...... manis, tapi tak tertelan...
Memandang mu.....indah, tapi jauh...
Mengucap mu..... merdu, tapi kelu...
Menyentuh mu....hangat, tapi hampa...
Memimpi mu...bahagia, tapi tak nyata...

Kamu....
Manis...
Indah...
Merdu....
Hangat...
Bahagia...
Tapi hampa dan tak nyata

No One Knows.............. (Tidak Ada yang Tahu...)

Tidak ada yang tahu kalau jalan itu bakal tejal...
Tak ada yang mengira laut itu akan berbadai..
Tak ada yang menduga bila sungai itu akan berkelok..
Tak ada yang berharap langkah itu bakal terseok...

Yah...jalan di depan memang berbatu..
Dermaga di pantai memang harus melewati lautan badai...
Muara sungai tak bisa terlewati dengan lurus...

Langkah itu memang harus terseok, tersandung, terluka, berdarah dan bernanah...

Laksana kakek renta yang berjalan di hutan lebat gelap...
Berjalan, jatuh, terjerembab kadang terkubur...
Tak bisa menembus gelap tanpa lentera....
Tanpa sebuah papahan, tanpa sebuah gandengan tangan...tanpa bimbingan...

Lentera itu...papahan itu...gandeng tangan itu...bimbingan itu....
Hanya dari-Nya....
Hanya dari-Nya....
Semata..............

This Ain't a Love Poem

The arrow comes from the broken bow
Ain't run as a flash of ray-light
But slowly.....but deeply...

It's not a pile of water but a drop of dew on the dessert
It's not a hurricane but a sway of wind
Weak...but touching....

That's not a bunch of roses, but a fresh little torn jasmine
Small...but fragrance...

Whatever it sees, whatever it felt
It's meaningful...
As a light at the darkness...
As a dew on the dessert...
As a wind on the sweat...

Worthless but meaningful....
Cheap but priceless...

............That is my 'YOU'..............

Lorong Hidup

Berjalan di lorong panjang
Gelap, pengap, berlumut, licin, terjal
Terpeleset, terjerembab, tersandung, terantuk, tercebur
Meraba, mengais, mencari, meraih, menggapai...

Lorong itu pasti berujung disana
Di sebuah cahaya, di sebuah pintu keluar
Sebuah kehidupan dengan sinar terang
Sebuah tujuan, sebuah asa, sebuah harapan.....

Kita harus tetap berjalan,tetap mencari, tetap merangkak
Menembus cahaya gelap, menyibak lumut pengap.....

Untuk keluar dari gelap ini
Menuju sinar itu....

Kuldesak

Kejenuhan itu bagai berjalan membentur tembok
Tidak bisa mundur tidak bisa maju
Terpaku, diam, menyerah....

Kehampaan itu bagai berdiri di padang tandus
Tidak bisa memandang indah tidak bisa duduk berteduh
Lelah, gerah, menyerah...

Kesendirian itu bagai di ruang kosong
Tidak ada kawan tidak ada lawa
Duduk, diam, menyerah...

Biarlah kejenuhan, kehampaan dan kesendirian itu menyapa
Dan aku akan berkata : "Lama tak jumpa"!

Senin, 16 April 2012

Sejoli Ombak dan Pasir Pantai

Gelombang pantai itu adalah candu,
bergulung gulung, menerjang tanpa jemu,
membuatku selalu merindu...........

Pasir lembut itu adalah sabu,
bersih,putih, suci tanpa abu,
membuatku selalu terpaku..........

Gelombang itu begitu kuat,
menyapu, berdebur, menggulung, menghantam...

Pasir itu begitu suci,
lembut, murni, halus.....

Betapa setianya pasir pantai itu,
menunggu sang gelombang datang,
tuk sekedar menyapunya dengan ramah,
membalikkanya, menariknya ke daratan dan menjatuhkannya kembali ke lautan,
membersihkan semua debu dan abu yang menempel tanpa sungkan...

Gelombang laut dan pasir pantai itu,
sungguh dua sejoli sejati yang sehati,
saling menanti, saling memberi, saling mensucikan diri.......

Dan mereka tidak akan terpisahkan,
sampai Sang Pemilik mereka yang memusnahkan,
bukan karena kematian, bukan karena kerentaan
tapi karena akhir zaman........

Akankah ada cinta antara sesama manusia yang akan seperti mereka?

Atau hanya cinta Tuhan pada hambanya dan cinta hamba pada Tuhannya yang bisa menyamainya?

Hope

Hope is an oasis on the desert
Hope is a sunrise of a day
Hope is smell of a rose
Hope is a light in the dark cave

Dream is hoping a falling star
Dream is waiting a sun shines in the rain
Dream is wanting to fly without wings
Dream is coming in sleeping

Walking in this path, with hopes and dreams
Trying to find the oasis when passing the dessert
Enjoying the sunrise to encouraging the day
Smelling the rose to refreshing mind
Finding the light to enlighten the life

Even to make the star falling
Making the sun shining
Constructing flying wings

But now I find that my dreams splits into two.............

Pesan Malam

Malam semakin jauh menampakkan gelapnya
Hingga dia sendiripun tak terbaca oleh mata
Pekat tak bersahaja
Dingin tak terhingga....

Dengkur malampun sudah menggema
Ke sudut daun, ke celah pasir
Goyangkan bulan, gemerincingkan bintang
Menyusup, menggetarkan..

Alun malam, menyanyikan kenangan mendendangkan harapan
Mengantarkan ke angan lalu menghempaskan ke awan

Malam itu berpesan,
Bahwa angan harus segera dilupakan.........

..........dan Mawar........

Dan mawar tlah menyerahkan semua indahnya untuk ditatap dengan lekat
Dan iapun tlah pancarkan merahnya dengan bersahabat...

Roses are red, violets are blue
And I have longing to see you...

Tapi mawar itu pun ber hias duri
Bukan sebagai angkuh diri tapi naluri
Karena dia sangat lemah hati

Lihatlah kelopaknya yang sangat tipis dan mudah terluka
Sedikit sentuhanpun kan membuatnya terluka

Roses are red, violets are blue
And I'm still waiting for you...

Dan hati ini adalah mawar tadi
Yang terlalu rapuh tuk dilukai
Dan perlu tuk selalu dikasihi

Roses are red, violets are blue
And I'm being like this because of you...

Tega Malam

Sang malam menghimpitkan sepinya di dada
Menghantamkan palunya ke kepala
Pekat tak bersahabat

Berat sekali malam ini, seberat malam tanpa bintang
Segelap awan tanpa bulan

Berjalan si angan ke segala arah
Hinggap di ketidak pastian
Menemukan keombang ambingan

Tega benar malam ini denganku
Dulu dia sangat bersahabat
Kenapa sekarang tidak?

Kumau...........

Kuingin berpuisi lagi, menuliskan semua lagi
Kuingin bernyanyi lagi, mendendangkan semua lagi

Kumau bernyanyi seolah tidak ada yang mendengar
Kumau menari lagi seolah tidak ada yang melihat

Kuingin seperti gadis kecil lagi, polos lagi
Kuingin seperti bayi lagi, suci lagi

Berlari di padang rumput hingga senja menjemput
Bermain dengan kupu kupu hingga jemu

Mendengar kicau burung di dahan pohon yang rindang
Bermain dengan gemericik air di bening sendang

Kuingin seperti gadis kecil lagi yang dimanja ayah
Kumau bebas lagi tanpa ada masalah yang menjamah

Tapi.......
Waktu menggiringku ke kedewasaan
Berkutat dengan hidup dan kehidupan
Dituntut untuk berfikiran mapan

Tapi......
Aku mau jadi gadis kecil lagi
Mau bebas lagi
Mau dimanja lagi
Mau sesuka hati
Lagi......