Sore itu seperti biasa
aku duduk di bangku kayu di teras rumah...sekedar menunggu matahari
tenggelam, menikmati pergantian siang ke malam. Setiap sore tepat pukul
lima, aku selalu sudah duduk di bangku itu.
Tiba tiba pandanganku dikejutkan oleh kedatangan seekor merpati putih yang terbang dan hinggap di pagar bambu di perempatan depan rumah. Persis di belokan jalan yang menikung. Dia hinggap di pagar itu. Dia mengepakkan sayap pelan dan berjalan dengan sedikit meloncat loncat kecil diatas pagar itu. Hey, apa yang akan dia lakukan? Apakah dia sedang mencari makan ataukah dia sedang mencari tempat untuk beristirahat? Ah, dia seperti nya tidak sedang mencari makan...
Beberapa saat merpati itu terdiam, kemudian mematuk kecil pagar bambu. Sepertinya dia sedang menunggu sesuatu. Yah, sedang menunggu sesuatu, entah itu apa.
Setelah beberapa saat, mataku dikejutkan lagi oleh kedatangan seekor merpati. Keabu abuan warna bulunya. Hinggap di pagar bambu itu juga. Dan aku lihat dia menyapa si merpati putih yang lebih dulu hinggap di situ. Ooh..aku tahu sekarang, ternyata si merpati putih itu sedang menunggu kedatangan di merpati abu...
Kulihat keduanya bercengkrama dengan ceria seolah berbagi kebahagiaan. Keceriaan mereka sungguh membuat aku ikut merasa bahagia. Seolah aku bisa merasakan kebahagiaan yang tengah mereka rasakan.
Setelah beberapa saat bercengkrama, terbanglah si merpati abu ke arah barat dan merpati putih ke arah timur. Sepertinya mereka pulang ke kandangnya masing masing, karena matahari sudah tenggelam dan hari mulai gelap.
Besoknya di jam yang sama, di tempat yang sama aku seperti biasa menghabiskan senja dengan duduk di bangku kayu. Seperti biasa, menunggu matahari tenggelam untuk sekedar menikmati indahnya matahari yang ditenggelamkan malam.
Tanpa terduga, datanglah kembali si merpati putih yang kemarin aku lihat. Kembali dia hinggap di pagar bambu. Di belokan jalan yang menikung. Dia berjalan, meloncat kecil dan mematuki pagar bambu. Persis seperti apa yang dia lakukan kemarin.
Aku mulai berfikir, mau apa lagi si merpati putih itu. Apakah dia kali ini dia mencari makan atau sedang mencari serpihan bambu untuk dibuat sarang? Aku mulai penasaran dan mencoba menunggu.....
Ternyata dugaanku kembali salah karena setelah beberapa saat datanglah si merpati abu menghampiri si merpati putih. Ooh..ternyata si merpati putih kembali sedang menunggu kedatangan si merpati abu! Dan seperti kemarin mereka bercengkrama dengan asyiknya. Ceria, tertawa dan bersahaja.
Hari berikutnya ternyata peristiwa itu terjadi lagi. Bahkan pertemuan mereka selalu berulang selama berminggu minggu, berbulan bulan, di tempat yang sama, di jam yang sama, di hari senja.
Sungguh membahagiakan melihat mereka berbahagia. Terharu, tersentuh, tersenyum. Sungguh aku mengagumi kesetiaan sang merpati itu..
Pada suatu sore,seperti biasanya aku tidak sabar untuk melihat pertemuan kedua sejoli itu. Aku dengan setia menunggu di bangku kayu seperti biasanya. Aku tunggu sepuluh menit, si merpati putih itu belum datang. Mungkin dia masih dalam perjalanan kesini pikirku. Dua puluh menit telah berlalu, tapi pagar bambu itu masih kosong. Apa yang terjadi? Apakah si merpati itu tidak datang kesini? Bukankah dia selalu setia untuk datang kesini? Aku terus menunggu, bahkan sampai matahari tenggelam. Hingga malam beranjak dan menjadi gelap. Aku mulai bertanya tanya kenapa dia tidak datang. Pun si merpati abu juga tidak datang. Apa yang terjadi?? Aku sangat penasaran dan mulai cemas.......
Besoknya aku tunggu mereka lagi, setengah jam lebih awal. Aku berfikir mungkin mereka saling bertemu lebih awal dari biasanya. Aku menunggu dengan sabar....... Sepuluh menit... Dua puluh menit..... Setengah jam.... Tidak ada.
Lalu aku mulai putus asa dan mulai beranjak pergi. Tapi tiba tiba dari balik pohon, muncullah si merpati putih. Tidak seperti biasanya, bulunya kusam dan acak acakan. Dia hinggap di pagar bambu dengan susah payah. Kemudia mataku tertuju pada sayapnya. Sayapnya terluka! Bukan luka yang baru saja, tapi luka dengan darah yang agak mengering, memar, agak membiru. Ooh...kasian sekali merpati itu, ternyata kemarin dia sakit sehingga dia tidak datang kesini. Bagian sayapnya ada yang patah. Bulu sayapnya ada bekas bercak darah yang mengering. Dia terlihat sangat sakit dan payah.
Dia hinggap di pagar itu, menunggu sang merpati abu datang. Dia menunggu dan menunggu tapi si merpati abu tak jua datang. Aku ikut menunggu dengan penasaran dan cemas. Kemanakah si merpati abu? Kenapa dia tidak datang? Dan kenapa kemarin dia juga tidak datang? Beribu tanya dalam hatiku, apa yang terjadi sebenarnya??
Si merpati putih akhirnya terbang pulang dengan kecewa dan lemah. Aku lihat gurat gurat kesenduan di wajahnya. Kasian sekali dia dalam kondisi seperti itu dia rela untuk menunggu si merpati abu datang. Dalam hatiku pun aku ikut bersedih. Aku merasakan betapa kecewanya dia karena tidak bertemu dengan si merpati abu. Hatiku juga dilanda kesenduan memikirkan hal itu......
Seminggu telah berlalu............. Dan selama seminggu itu aku selalu menunggu kedatangan dua sejoli merpati putih dan abu. Tapi setiap senja, pukul lima sore sebelum matahari tenggelam pagar bambu itu kosong.....sepi........
Kemanakah mereka?? Dan aku pun tidak tahu.............dan akan terus menyimpan rasa penasaran dan tanda tanyaku........
Tiba tiba pandanganku dikejutkan oleh kedatangan seekor merpati putih yang terbang dan hinggap di pagar bambu di perempatan depan rumah. Persis di belokan jalan yang menikung. Dia hinggap di pagar itu. Dia mengepakkan sayap pelan dan berjalan dengan sedikit meloncat loncat kecil diatas pagar itu. Hey, apa yang akan dia lakukan? Apakah dia sedang mencari makan ataukah dia sedang mencari tempat untuk beristirahat? Ah, dia seperti nya tidak sedang mencari makan...
Beberapa saat merpati itu terdiam, kemudian mematuk kecil pagar bambu. Sepertinya dia sedang menunggu sesuatu. Yah, sedang menunggu sesuatu, entah itu apa.
Setelah beberapa saat, mataku dikejutkan lagi oleh kedatangan seekor merpati. Keabu abuan warna bulunya. Hinggap di pagar bambu itu juga. Dan aku lihat dia menyapa si merpati putih yang lebih dulu hinggap di situ. Ooh..aku tahu sekarang, ternyata si merpati putih itu sedang menunggu kedatangan di merpati abu...
Kulihat keduanya bercengkrama dengan ceria seolah berbagi kebahagiaan. Keceriaan mereka sungguh membuat aku ikut merasa bahagia. Seolah aku bisa merasakan kebahagiaan yang tengah mereka rasakan.
Setelah beberapa saat bercengkrama, terbanglah si merpati abu ke arah barat dan merpati putih ke arah timur. Sepertinya mereka pulang ke kandangnya masing masing, karena matahari sudah tenggelam dan hari mulai gelap.
Besoknya di jam yang sama, di tempat yang sama aku seperti biasa menghabiskan senja dengan duduk di bangku kayu. Seperti biasa, menunggu matahari tenggelam untuk sekedar menikmati indahnya matahari yang ditenggelamkan malam.
Tanpa terduga, datanglah kembali si merpati putih yang kemarin aku lihat. Kembali dia hinggap di pagar bambu. Di belokan jalan yang menikung. Dia berjalan, meloncat kecil dan mematuki pagar bambu. Persis seperti apa yang dia lakukan kemarin.
Aku mulai berfikir, mau apa lagi si merpati putih itu. Apakah dia kali ini dia mencari makan atau sedang mencari serpihan bambu untuk dibuat sarang? Aku mulai penasaran dan mencoba menunggu.....
Ternyata dugaanku kembali salah karena setelah beberapa saat datanglah si merpati abu menghampiri si merpati putih. Ooh..ternyata si merpati putih kembali sedang menunggu kedatangan si merpati abu! Dan seperti kemarin mereka bercengkrama dengan asyiknya. Ceria, tertawa dan bersahaja.
Hari berikutnya ternyata peristiwa itu terjadi lagi. Bahkan pertemuan mereka selalu berulang selama berminggu minggu, berbulan bulan, di tempat yang sama, di jam yang sama, di hari senja.
Sungguh membahagiakan melihat mereka berbahagia. Terharu, tersentuh, tersenyum. Sungguh aku mengagumi kesetiaan sang merpati itu..
Pada suatu sore,seperti biasanya aku tidak sabar untuk melihat pertemuan kedua sejoli itu. Aku dengan setia menunggu di bangku kayu seperti biasanya. Aku tunggu sepuluh menit, si merpati putih itu belum datang. Mungkin dia masih dalam perjalanan kesini pikirku. Dua puluh menit telah berlalu, tapi pagar bambu itu masih kosong. Apa yang terjadi? Apakah si merpati itu tidak datang kesini? Bukankah dia selalu setia untuk datang kesini? Aku terus menunggu, bahkan sampai matahari tenggelam. Hingga malam beranjak dan menjadi gelap. Aku mulai bertanya tanya kenapa dia tidak datang. Pun si merpati abu juga tidak datang. Apa yang terjadi?? Aku sangat penasaran dan mulai cemas.......
Besoknya aku tunggu mereka lagi, setengah jam lebih awal. Aku berfikir mungkin mereka saling bertemu lebih awal dari biasanya. Aku menunggu dengan sabar....... Sepuluh menit... Dua puluh menit..... Setengah jam.... Tidak ada.
Lalu aku mulai putus asa dan mulai beranjak pergi. Tapi tiba tiba dari balik pohon, muncullah si merpati putih. Tidak seperti biasanya, bulunya kusam dan acak acakan. Dia hinggap di pagar bambu dengan susah payah. Kemudia mataku tertuju pada sayapnya. Sayapnya terluka! Bukan luka yang baru saja, tapi luka dengan darah yang agak mengering, memar, agak membiru. Ooh...kasian sekali merpati itu, ternyata kemarin dia sakit sehingga dia tidak datang kesini. Bagian sayapnya ada yang patah. Bulu sayapnya ada bekas bercak darah yang mengering. Dia terlihat sangat sakit dan payah.
Dia hinggap di pagar itu, menunggu sang merpati abu datang. Dia menunggu dan menunggu tapi si merpati abu tak jua datang. Aku ikut menunggu dengan penasaran dan cemas. Kemanakah si merpati abu? Kenapa dia tidak datang? Dan kenapa kemarin dia juga tidak datang? Beribu tanya dalam hatiku, apa yang terjadi sebenarnya??
Si merpati putih akhirnya terbang pulang dengan kecewa dan lemah. Aku lihat gurat gurat kesenduan di wajahnya. Kasian sekali dia dalam kondisi seperti itu dia rela untuk menunggu si merpati abu datang. Dalam hatiku pun aku ikut bersedih. Aku merasakan betapa kecewanya dia karena tidak bertemu dengan si merpati abu. Hatiku juga dilanda kesenduan memikirkan hal itu......
Seminggu telah berlalu............. Dan selama seminggu itu aku selalu menunggu kedatangan dua sejoli merpati putih dan abu. Tapi setiap senja, pukul lima sore sebelum matahari tenggelam pagar bambu itu kosong.....sepi........
Kemanakah mereka?? Dan aku pun tidak tahu.............dan akan terus menyimpan rasa penasaran dan tanda tanyaku........
0 komentar:
Posting Komentar