Malam itu bersyukur sekali akhirnya mendapat pencerahan..... Setelah merasa tersakiti, tidak dihargai, tidak di respect dan tidak dianggap...
Malam itu seperti biasanya selalu penasaran dengan tayangan Chatting dengan YM di salah satu TV swasta, karena pasti ada sesuatu yang istimewa disetiap tayangannya.
Tema malam itu adalah "The Power of Kepepet" sebuah buku yang ditulis oleh seorang enterpreuner bernama mas Jaya Setiabudi. Banyak tips bisnis, wirausaha dan cara mengembangkan usaha yang disampaikan oleh beliau.
Tapi yang dimaksud pencerahan disini bukanlah tentang materi wirausahanya, melainkan sampai pada suatu segmen dimana diundanglah seorang tamu lagi , yaitu seorang ibu setengah baya, lumayan gemuk, dan (maaf) berjalan dengan agak pincang.
Kemudian beliau (ibu itu) memperkenalkan dirinya, yaitu bernama Ibu Ita, serta profesi yang dijalaninya sekarang yaitu seorang tukang ojek, pedagang dan kuli mencuci.
Beliau bercerita bahwa dia terpaksa menjalani profesi tukang ojek tersebut karena suaminya sakit stroke selama hampir 7 tahun. Dan untuk membiayai kedua anaknya dia juga harus berdagang dan menjadi kuli cuci.
Setiap jam 5 pagi dia berangkat ngojek (meskipun salah satu mata kakinya pecah, karena kakinya pernah dilindas oleh seorang pengendara motor lainnya). Kemudian jam 8 pagi dia harus pulang dulu untuk merawat suaminya dan menyuapi suaminya. Bukan bubur nasi yang disuapkan, melainkan harus dengan bubur yang khusus untuk bayi, karena suaminya sudah tidak bisa mengunyah. Untuk minum pun harus pake sedotan. Suaminya bukan menyedot minumannya sendiri, melainkan Ibu Ita harus menyedot minuman itu kemudian di tiupkan ke mulut suaminya. Astaghfirulloh........
Sampai disitu langsung merasa betapa perjuangan seorang istri untuk suaminya sungguh luar biasa, dan tanpa kenal lelah.
Hingga pada suatu sesi Ibu Ita bertanya kepada Ustadz Yusuf Mansyur (kurang lebih kata-katanya seperti ini): "Pak Ustadz......saya mau tanya (mata Ibu Ita berkaca-kaca)..... Suatu pagi, dini hari sekitar jam 4, suami saya menggumam atau ngomong tidak jelas (mungkin klo dia bisa ngomong, dia pengen berteriak). Dia meronta (Ibu Ita menangis tersedu-sedu) sambil mengacak-acak 'poop' (maaf, tinja) yang ada di pampersnya. Saya kesal Pak Ustadz, saya marah, saya jengkel. "Kapan aku bisa bahagia? Aku sedang istirahat! Besok aku harus bekerjaaa! Saya sangat marah sama suami saya pak Ustadz.... Lalu saya cubit dia Pak Ustadz. Saya cubit dia sekeras kerasnya! (Ibu Ita makin menangis tersedu-sedu). Saya sangat capek dan marah! Pak Ustadz.....(masih terisak-isak), apakah saya berdosa pada suami saya????".
Kemudian Ustadz Yusuf Mansyur, serta merta mengajak Ibu Ita berdoa, dan menyuruh Ibu Ita untuk menirukan doanya : "Ya Alloh....... Maafkan dosa-dosa hamba, maafkan dosa-dosa hamba pada suami hamba...................................".
Duuuerrrrr!!! Langsung menetes air mata..... Ternyata begitu tinggi derajat suami dibanding istri. Meskipun suami dengan segala kelemahan dan kekurangan, atau mungkin bahkan sering menyakiti hati kita, tapi derajatnya tetaplah lebih tinggi daripada kita sebagai istri.
Kita bahkan sering tidak sadar terlalu banyak menuntut dari suami kita (materi, kebahagiaan, perhatian, kasih sayang, kemanjaan dll) tanpa memperdulikan bagaimana kondisi dia pada saat itu..... Bahkan kita sering bersikap tidak menyenangkan, berkata-kata kasar, atau tidak menegur suami kita karena suatu hal yang sepele.
Pencerahan itu adalah bagaimana posisi seorang suami itu lebih tinggi dibanding istrinya. Meskipun dengan segala kelemahan, kekurangan dan perlakuan yang tidak kita sukai dia tetaplah suami kita yang tetap harus kita hargai. Dan kita hanya perlu menguatkan diri kita, menguatkan hati kita terhadap segala kealpaan, kelemahan dan kekurangan dia tersebut.
Wallohu a'lam.......
Hamamah, 15122012
Sabtu, 15 Desember 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar