Blogroll

Kamis, 28 Juni 2012

Ibu...

Dan ketika rinduku tlah mengkristal
dalam lubuk, dalam pikir, dalam gerak
Lalu kumenunggu bayangmu dalam lelapku

Dan kumengecupmu dengan doa-doa
memelukmu dengan sujud-sujud
berbincang denganmu dengan kelu

Lalu kukirim surat bunga pada pusara
di tanah basah senja
dengan mantra-mantra Illahi
kutitipkan rindu ini pada nirwana abadi


(Hamamah, 280620120)

Selasa, 26 Juni 2012

Cangkir-cangkir Kopi Mati Lampu

Senja itu tiba-tiba lampu di komplek kami mati. Tak sepeti biasanya, lampu mati kali ini terjadi di senja hari; karena biasanya pada pagi hari atau siang hari.
Kunyalakan lilin, karena hari sudah mulai gelap. Kuletakkan di atas meja makan. Kunyalakan satu lagi dan kuletakkan di kamar tidur.
"Mati lampu yah?", dia mengucek matanya karena baru bangun tidur. "Iya", jawabku pendek.
Dia berjalan menuju ke kamar mandi, dan sebentar kemudian terdengar guyuran-guyuran air dari kamar mandi itu.
Aku mulai menyiapkan makan malam; mengambil nasi dari penanak nasi, menyiapkan piring dan mengambil sayur, lalu aku  menatanya di atas meja makan.
Dia keluar kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Makan malam sudah siap!", aku berkata padanya dengan setengah berteriak dari kamar makan.


Entah kenapa malam ini terasa sangat panjang. Gelap dan sepi. Di meja makan tadipun hanya beberapa patah kata yang meluncur dari bibirnya.
Benar-benar tidak ada yang bisa dilakukan pada saat mati lampu seperti ini. Beku dan diam.


Aku mencoba menyibukkan diri dengan mengutak atik ponselku sambil duduk di kursi tamu. Dia berjalan mendekat dan meletakkan lilin di depanku. Aku meliriknya. Dia tampak kaku dan canggung. Dan dia sepertinya ingin mengatakan sesuatu.
"Maaf yah...", dia mencoba memecah kebisuan. "Hemm?", aku memandangnya dengan penuh tanda tanya.
"Iya maaf.....", katanya lagi sambil berdehem, karena sebelumnya suaranya agak serak. "Jarang sekali yah, kita bisa ngobrol bareng", lanjutnya.
Aku terdiam, karena tidak tahu harus berkata apa.
"Aku tahu, aku terlalu sibuk. Dan kalaupun malam ini tidak mati lampu, kita mungkin tidak bisa ngobrol seperti ini". Dia terdiam dan menatapku, seolah menanti aku berbicara. Aku masih terdiam.
"Waktu memang sangat berharga bagiku, bagimu dan bagi kita. Tapi aku mulai menyadari kalau waktu itu lebih berharga bagi kita berdua, bukan bagi aku atau kamu saja". Dia berbicara dengan serius.
Aku memandang lekat matanya, seolah mencari kebenaran dari semua kata katanya.
"Hemm...iyah aku tau", jawabku tanpa berpanjang kata.
Lalu aku beranjak dari kursi, menuju ke dapur. Kutuang kopi ke dalam cangkir. 2 cangkir aku buat.
Kusodorkan 1 cangkir kopi ke arahnya. Dia tersenyum. Aku juga tersenyum, sambil meneguk kopi dari cangkirku.

Dan malam itu meskipun lampu sudah kembali hidup, obrolan kami tetap berlanjut ke cangkir-cangkir kopi berikutnya......


(Hamamah, 26062012)


Senin, 25 Juni 2012

Tak Sampai

Tak sampaikah badai ini kepadamu
Tak sampaikah merpati ini ke alamatmu
Tak sampaikah getar dawai ini ke dengarmu
Tak sampaikah gemuruh ini ke Arsy hatimu

Dan mangu ini adalah kepasrahan dalam medan perang kerinduan
Tergeletak dalam nama syuhada cinta
Namun tak jua membawa mu dalam sandera ku

(Hamamah, 26062012)

Kamis, 21 Juni 2012

Aku Bukan..... Dan Hanya...

Aku bukan harum
Aku bukan semerbak
Karena aku tidak sewangi Attar

Aku hanya Kolibri kecil
dengan seribu kepakan kecil ikhtiar
menunaikan khalifah
di padang pasir fanah

Aku bukan hidupmu
dan hanya kenangmu.....

(Hamamah, 22062012)



Berlari mu...

Berlari kencang mu dari persimpangan jalan itu
menemui sejatimu
memeluk harta bahtera mu

Lalu menutup rapat mu akan pintu-pintu itu
menarik turun tirai-tirai  hijab ungu

Dan kulihat gelap di dalam situ
tiada bisa aku mengintip cahaya mu

Berbalik arah ku dengan tundukan pilu
terpekur dalam logika semu

Adakah pintu itu terbuka lagi untukku.....?



(Hamamah, 21062012)



Selasa, 19 Juni 2012

Panggilan Agung

Saat awan jingga berarak ramai
Saat Sang Raja tata surya tertelan mulut langit
Saat burung berduyun ke peraduan

Sautan suara agung itu pun mulai mengalun
menggema raga
merasuk jiwa
menyusup kalbu
mengetuk nadi

"Marilah meraih kemenangan"!
"Marilah meraih kemenangan"!

Dan inilah saatnya kita meraih kemenangan itu saudaraku
Sekarang!

Minggu, 17 Juni 2012

Sudahlah Saudariku....

Prihatinku pada perayaan benci dan dendam mu
pada sekitarmu....pada orang sekelilingmu...

Hidup memang tidak selalu memanjakanmu, melegakanmu, mensenyummu
dan seharusnya kini kau mulai  menyadari itu...

 Dendam dan benci adalah penjaramu
 maka bebaskanlah dirimu sendiri dari belenggu itu

Bukankah memaafkan itu indah?
Bukankah mengikhlaskan itu berkah?

Siramlah api benci yang kian memakan kayu hatimu
dengan maaf
dengan ikhlas
dengan rela

Dan temuilah hatimu yang kan lebih lega....


Rabu, 13 Juni 2012

Cinta Kadang Salah (Bagian 2)

Haduh.........pagi ini bener-bener pagi yang sangat 'crowded'! Well....memang pagi ku selalu crowded, dan terburu-buru. Harus cepet-cepet bangun, mencuci baju, antri mandi dan harus bergegas menuju kampus dan harus tiba di kelas sebelum dosen masuk. Dan kadang sarapan pun terabaikan. Hemm...itulah keseharian (baca: nasib) anak kos. Pagi-pagi sudah harus rebutan ember sama air buat nyuci. Siapa yang paling pagi bangun, itulah yang akan kebagian cukup air buat cuci baju dan mandi. Belum lagi klo ada anak kos yang mandinya lama! Entah di dalam luluran atau apalah gak tahu. Nungguin sampai manyun, atau malah sampe ketiduran lagi di depan pintu!
Untung saja pagi ini aku masih kebagian sedikit air buat mengguyur badan dan membilas nya, meskipun badan masih terasa lengket oleh sabun. Lumayan lah daripada tidak mandi samasekali. Lalu aku cepat-cepat naik ke kamar atas untuk bersiap berangkat kuliah; karena memang kos ku berlantai dua, dan kamar mandi berada di lantai bawah. Saat asyik berdandan, hape ku berdering. Kulirik layar hape ku. No hape yang tadi malam menelepon lagi!
Kali ini aku mengangkat telpon itu dengan ikhlas; karena aku penasaran juga siapa sebenernya cowok yang menelepon tadi malam. "Halo", kataku dengan nada wajar. "Lagi ngapain?", dia menjawab dengan ramah. "Ini, mau pergi ke kampus",kataku. "Oh, masih kuliah tho. Kuliah dimana?", tanya nya ingin tahu. "Di Sebelas Maret, emang kenapa?", jawabku mulai agak ketus. "Hehehe...ndak papa kok tanya aja, masak gak boleh", dia mencoba melucu. Aku tersenyum kecut. "Ah garing bener guyonanmu!", batinku. "Mau dianter kuliah nggak?", dia melanjutkan. "Dianter? Emang kamu mau nganter naik apa?, tanyaku dengan bodoh; udah tau dia di seberang telepon sana entah dimana dan aku disini. "Dianter pake kuda!, hahahahah...", dia terbahak. Dan entah mengapa kali ini aku bener-bener ikut tertawa. Lucu juga dia!
Sejak saat saat itu entah mengapa, setiap dia menelepon aku mengangkatnya dengan senang hati. Mengobrol kesana kemari, bercanda dan tertawa-tawa bersama. Dia memang mempunyai rasa humor yang tinggi, sehingga aku betah-betah saja mengobrol dengannya.
Dalam sehari bisa 3-4 kali dia menelepon, dengan durasi rata-rata 10-20 menit. Kadang menelepon dari hape atau kadang menelepon dari wartel (katanya sih...). Dan aku cuma heran saja, menelepon dari wartel ke hape selama itu, habis berapa duit coba!
Dan entah mengapa aku sama dia seperti sudah lama sekali berteman. Sungguh sangat aneh memang, karena aku tidak tahu siapa dia, dimana dia, bahkan namanya saja aku belum tahu. Sungguh bener-bener aneh. Tapi aku sangat menikmatinya.....

Sabtu, 09 Juni 2012

Pusara Mata

Dan mengembara aku di belantara matamu
Tersesat aku di lentik semak mu
Terjebak dalam gelap kerling sayu
Tertusuk berdarah kerenanya
Dan kudapati makin menganga

Adakah yang lebih tinggi dari kepak pandangmu
Adakah yang lebih palung dari dasar kerlingmu
Adakah yang lebih elang dari tatapmu
Dan kudapati aku terkubur disana selamanya...

Jumat, 08 Juni 2012

Duhai....

Duhai resah...adakah yang lebih melelahkan dari mu
Duhai nanti...adakah yang lebih lama dari mu
Duhai hati...adakah yang lebih berkecamuk dari mu

Dan di bilik merah ini,
ada denyut resah yang mengayun lonceng bisu penantian
tanpa nada
tanpa suara
hanya asa
yang menggembita fana...

Rabu, 06 Juni 2012

Dan Akhirnya Hujan....

Dan akhirnya hujan pun datang
Menyeruak jatuh dan menghujani tanah dengan ciuman derasnya
Membasuh daun-daun
Membasah ranting-ranting
Merendam rumput

Dan siapakah yang paling rindu akan hadirmu wahai hujan?
Diakah tanah yang kering itu?
Daun yang menguning itu?
Ranting yang pupus itu?
Ataukah rumput yang merana itu?

Dan aku adalah tanah itu
Adalah daun itu
Ranting itu
Rumput....
Yang merindu hujanan mimpi masa lalu
Yang kini tlah melabirin...tanpa tepi tanpa inti