Blogroll

Minggu, 27 Mei 2012

Cinta Kadang Salah (Bagian 1)

Kriiiiinnnngggg.........................
Kriiiiinnnngggg.........................
Kriiiiiiinnggggg.........................
Aku tergagap dari tidur, mengucek mataku dan sambil memicingkan mata aku melirik ke jam dinding. Jam 11 malam.
"Ahhhh............., siapa sih malam gini telpon!". Kuraih HP di samping tempat tidur dan melihat layarnya bertulisan "Private Number calling.......". "Huft, orang iseng rupanya. Gangguin tidur orang aja!". Kupencet tombol reject dan aku membanting tubuhku lagi di tempat tidur. Belum lagi mataku tertutup, HP ku sudah berbunyi lagi, "Kriiiiiiingggg.................kriiiiiiiinnngggggg!".
"Arrrggghh......siapa sih ni!". Aku menggerutu sendiri. Kulihat layar HP dan ternyata masih si Private Number itu yang menelepon. Dengan amat terpaksa, karena mata ini masih sangat mengantuk, aku angkat telpon itu. "Halo, siapa ni!", tanyaku judes. Si penelepon di seberang sana menjawab, "Haloo.....", dan ternyata suara seorang cowok. "Iya, ni siapa yah?!", kataku lagi dengan tidak kalah judesnya. "Hehe....lha kamu siapa?", dia balik bertanya dengan cengengesan. Aku tambah marah, "Heh, klo gak ngaku aku tutup telponnya sekarang!". Aku tutup HP ku sambil menggerutu, "Dasar orang gak jelas. Gendeng!".
Beberapa menit kemudian terdengar nada pesan text dari HP ku. Kulihat HP ku, dan ada SMS dari nomer yang tidak kukenal, 08562826305. Dengan malas kubuka isinya, "Hei...boleh kenalan gak?".  "Hemmmm.............ini pasti nomer iseng tadi!", karena kupikir hanya nomer dari operator seluler itu yang bisa menyembunyikan nomer handphone ketika menelepon.. Aku tidak membalas pesan text itu, meskipun dalam hati penasaran juga siapa yang malam-malam begini iseng menggangguku. Apakah mungkin teman kuliahku yang ngerjain aku atau siapa? Ah...sudahlah, repot amat mikirin hal sepele kayak gitu. HP aku matikan, dan akupun bersiap tidur kembali karena besok aku harus berangkat ke kampus pagi-pagi.

Selasa, 15 Mei 2012

Kutukan Cucian Kotor

Tiap pagi kau sudah mengonggok di sudut ruang
Melambai manja dan hiba
Sedangkan dari sini ku memandangmu dengan duka tiada daya

Entah mengapa tiada hari tanpa kehadiranmu
Selalu dan selalu mengisi keranjang besar pink-ku

Arrgh.......tidak bisakah kau hadir setahun sekali saja?
Biar aku bisa terlena dan bahagia dengan santai yang kupunya

Cucian kotorku sayang....tidak bisakah kau mensucikan dirimu sendiri?
membasuh noda-noda mu sendiri?
menceburkan dirimu sendiri ke bak besar berisi air bersih itu?
Tidak bisakah kau membersihkan dosa dosamu sendiri dengan hanya bertobat?

Janganlah kau kutuk aku dengan keberadaanmu di situ setiap hari
Karena aku lagi ingin sendiri
Dengan mimpi-mimpi
Aku janji esok kau kan ku hampiri
Tuk membawa mu segera ke laundry.............

Senin, 14 Mei 2012

Gapai Bintang

Kala kaki menapaki serpih-serpih kaca
Merah darahku menggebrak keluar

Jalan yang di depanku tidaklah sehalus dulu
Saat ku dipangku bundaku

Kini aku benar-benar tlah hidup
Dengan darah ini, dengan kerikil ini, dengan serpihan ini

Dulu bunda memanjaku
Kini hidup menempaku

Dengan kaki ku yg berdarah
Kukan pasti melangkah

Walau dengan berang
Ku kan gapai bintang....

Rinai Hujan Malam

Hujanan itu jatuh dengan lembut
Tapi dengan tajam iramanya mampu masuk ke relung hati terdalam
Menggugah memori, asa, cita, cinta.....
Tak mampu kebendung syahdu gemeritik dentingan suaranya

Rinai itu mengikat semua memori yang ada di kepala
Kemudian terpapar satu per satu
Manis, pahit, tawa, tangis, senyum, kelu
Kehirup, kujilat, kusentuh, kuraba satu demi satu dengan hati dan indera yang sama

Hujan malam ini sangat syahdu...
Mengingatkan aku padamu...

Gunung Salju

Putih, bersih, suci, halus
Indah, damai, cantik,.....
Itulah gunung salju itu
Begitu tinggi tuk didaki
Begitu dingin tuk disentuh

Melihatnya pun tak kuasa
Menatapnya pun membuat ku tertunduk tak berdaya

Keindahan itu hanya bisa ternikmati oleh angan
Hanya ada di pucuk pucuk bintang yg tak tersentuh tangan

Biarlah keindahan itu begitu tinggi
Biarlah kesempurnaan itu begitu dingin

Kulihat dari sini
Kunikmati dari jauh
Sampai asa ini takkan pernah terpuaskan

Minggu, 13 Mei 2012

Merpati Takkan Pernah Ingkar Janji (1)

Sore itu seperti biasa aku duduk di bangku kayu di teras rumah...sekedar menunggu matahari tenggelam, menikmati pergantian siang ke malam. Setiap sore tepat pukul lima, aku selalu sudah duduk di bangku itu.
Tiba tiba pandanganku dikejutkan oleh kedatangan seekor merpati putih yang terbang dan hinggap di pagar bambu di perempatan depan rumah. Persis di belokan jalan yang menikung. Dia hinggap di pagar itu. Dia mengepakkan sayap pelan dan berjalan dengan sedikit meloncat loncat kecil diatas pagar itu. Hey, apa yang akan dia lakukan? Apakah dia sedang mencari makan ataukah dia sedang mencari tempat untuk beristirahat? Ah, dia seperti nya tidak sedang mencari makan...
Beberapa saat merpati itu terdiam, kemudian mematuk kecil pagar bambu. Sepertinya dia sedang menunggu sesuatu. Yah, sedang menunggu sesuatu, entah itu apa.
Setelah beberapa saat, mataku dikejutkan lagi oleh kedatangan seekor merpati. Keabu abuan warna bulunya. Hinggap di pagar bambu itu juga. Dan aku lihat dia menyapa si merpati putih yang lebih dulu hinggap di situ. Ooh..aku tahu sekarang, ternyata si merpati putih itu sedang menunggu kedatangan di merpati abu...
Kulihat keduanya bercengkrama dengan ceria seolah berbagi kebahagiaan. Keceriaan mereka sungguh membuat aku ikut merasa bahagia. Seolah aku bisa merasakan kebahagiaan yang tengah mereka rasakan.

Setelah beberapa saat bercengkrama, terbanglah si merpati abu ke arah barat dan merpati putih ke arah timur. Sepertinya mereka pulang ke kandangnya masing masing, karena matahari sudah tenggelam dan hari mulai gelap.


Besoknya di jam yang sama, di tempat yang sama aku seperti biasa menghabiskan senja dengan duduk di bangku kayu. Seperti biasa, menunggu matahari tenggelam untuk sekedar menikmati indahnya matahari yang ditenggelamkan malam.
Tanpa terduga, datanglah kembali si merpati putih yang kemarin aku lihat. Kembali dia hinggap di pagar bambu. Di belokan jalan yang menikung. Dia berjalan, meloncat kecil dan mematuki pagar bambu. Persis seperti apa yang dia lakukan kemarin.
Aku mulai berfikir, mau apa lagi si merpati putih itu. Apakah dia kali ini dia mencari makan atau sedang mencari serpihan bambu untuk dibuat sarang? Aku mulai penasaran dan mencoba menunggu.....
Ternyata dugaanku kembali salah karena setelah beberapa saat datanglah si merpati abu menghampiri si merpati putih. Ooh..ternyata si merpati putih kembali sedang menunggu kedatangan si merpati abu! Dan seperti kemarin mereka bercengkrama dengan asyiknya. Ceria, tertawa dan bersahaja.

Hari berikutnya ternyata peristiwa itu terjadi lagi. Bahkan pertemuan mereka selalu berulang selama berminggu minggu, berbulan bulan, di tempat yang sama, di jam yang sama, di hari senja.
Sungguh membahagiakan melihat mereka berbahagia. Terharu, tersentuh, tersenyum. Sungguh aku mengagumi kesetiaan sang merpati itu..

Pada suatu sore,seperti biasanya aku tidak sabar untuk melihat pertemuan kedua sejoli itu. Aku dengan setia menunggu di bangku kayu seperti biasanya. Aku tunggu sepuluh menit, si merpati putih itu belum datang. Mungkin dia masih dalam perjalanan kesini pikirku. Dua puluh menit telah berlalu, tapi pagar bambu itu masih kosong. Apa yang terjadi? Apakah si merpati itu tidak datang kesini? Bukankah dia selalu setia untuk datang kesini? Aku terus menunggu, bahkan sampai matahari tenggelam. Hingga malam beranjak dan menjadi gelap. Aku mulai bertanya tanya kenapa dia tidak datang. Pun si merpati abu juga tidak datang. Apa yang terjadi?? Aku sangat penasaran dan mulai cemas.......

Besoknya aku tunggu mereka lagi, setengah jam lebih awal. Aku berfikir mungkin mereka saling bertemu lebih awal dari biasanya. Aku menunggu dengan sabar....... Sepuluh menit... Dua puluh  menit..... Setengah jam.... Tidak ada.
Lalu aku mulai putus asa dan mulai beranjak pergi. Tapi tiba tiba dari balik pohon, muncullah si merpati putih. Tidak seperti biasanya, bulunya kusam dan acak acakan. Dia hinggap di pagar bambu dengan susah payah. Kemudia mataku tertuju pada sayapnya. Sayapnya terluka! Bukan luka yang baru saja, tapi luka dengan darah yang agak mengering, memar, agak membiru. Ooh...kasian sekali merpati itu, ternyata kemarin dia sakit sehingga dia tidak datang kesini. Bagian sayapnya ada yang patah. Bulu sayapnya ada bekas bercak darah yang mengering. Dia terlihat sangat sakit dan payah.
Dia hinggap di pagar itu, menunggu sang merpati abu datang. Dia menunggu dan menunggu tapi si merpati abu tak jua datang. Aku ikut menunggu dengan penasaran dan cemas. Kemanakah si merpati abu? Kenapa dia tidak datang? Dan kenapa kemarin dia juga tidak datang? Beribu tanya dalam hatiku, apa yang terjadi sebenarnya??
Si merpati putih akhirnya terbang pulang dengan kecewa dan lemah. Aku lihat gurat gurat kesenduan di wajahnya. Kasian sekali dia dalam kondisi seperti itu dia rela untuk menunggu si merpati abu datang. Dalam hatiku pun aku ikut bersedih. Aku merasakan betapa kecewanya dia karena tidak bertemu dengan si merpati abu. Hatiku juga dilanda kesenduan memikirkan hal itu......

Seminggu telah berlalu............. Dan selama seminggu itu aku selalu menunggu kedatangan dua sejoli merpati putih dan abu. Tapi setiap senja, pukul lima sore sebelum matahari tenggelam pagar bambu itu kosong.....sepi........
Kemanakah mereka?? Dan aku pun tidak tahu.............dan akan terus menyimpan rasa penasaran dan tanda tanyaku........


Kamis, 10 Mei 2012

Tidakkah?

Tidakkah kau mau duduk di bangku kenangan itu lagi? 

Bangku yang kian menua dan rapuh.. 

Tidakkah kau ingat dulu di bangku itu kita merajut helai-helai mimpi yang sekarang sebagian terpenuhi.. 

Aku ingin mengingatnya kembali, untuk cahaya gua kita, untuk air pohon kita.. 

Tidak banyak waktu yang kuminta...

dan paling lama hanya satu waktu Dhuha.....

Anakku...........

Anakku...
Hidup tak selalu nyaman dan damai seperti di pelukan dan belaian mama mu..
Dan sekarang saatnya kau harus belajar mandiri dan mencoba keluar dari zona nyaman mu..
Untuk kebaikan mu esok dan selamanya...

Jejakmu............

Dan hujan pun tlah tinggalkan jejaknya.......

Jalan-jalan yang tlah kembali mengering, 

daun-daun yang kembali tumbuh dan menghijau... 

Dan begitulah kamu yg tlah meninggalkan jejakmu di persimpangan jalan itu, 

dengan kepak pergi sayapmu, 

dengan kelebat bayangmu yang tlah kelabu.. 

Bulan Kita......

Dan katamu malam itu,

Kita tidak jauh....kita sangat dekat

Coba pandangi bulan di langit malam ini

Dan pada saat yang sama aku juga akan memandanginya dari sini

Bukankah kita serasa sangat dekat??

Yah..karena kita sedang memandangi bulan yang sama..

Meskipun dari tempat yang berbeda......